Keberhasilan Reklamasi Tambang Nikel Harita Nickel di Pulau Obi

Kami mengunjungi langsung tambang nikel yang Harita Nickel kelola di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara, dan merasakan kebanggaan tersendiri. Harita Nickel menambang dan mengolah bijih nikel, salah satu sumber daya alam berharga Indonesia, langsung di tempat asalnya menjadi feronikel, Nikel Sulfat, dan Kobalt Sulfat. Praktik ini sangat berbeda dibandingkan masa lalu, ketika bijih nikel mentah diekspor ke luar negeri dan sering mendapat kritik sebagai tindakan ‘menjual tanah dan air’ secara harfiah.

Di Pulau Obi, Harita Nickel berhasil mengubah keadaan tersebut. Mereka mengolah bijih nikel jenis saprolit menjadi feronikel, sementara nikel limonit berkadar rendah diproses menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk menghasilkan produk bernilai tambah seperti Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat.

Keberhasilan Reklamasi Lahan
Harita Nickel dengan serius melaksanakan reklamasi pascatambang dan berhasil memulihkan bekas lokasi tambang hingga menunjukkan pertumbuhan vegetasi yang subur. Keberhasilan ini menjadi pencapaian luar biasa, mengingat tantangan besar dalam mengelola tanah yang didominasi oleh besi oksida. Sebagai seorang ahli tanah, saya menyadari bahwa tanah jenis ini, meskipun memiliki pH mendekati netral, memiliki kapasitas tukar kation (KTK) yang rendah, sehingga menyulitkan tanah dalam menyerap nutrisi kation yang diperlukan oleh tanaman.

Selain itu, saya juga menemukan bahwa rendahnya perbandingan antara Ca-dapat ditukar dan Mg-dapat ditukar sering menyebabkan tanaman mengalami defisiensi kalsium (Ca). Untuk mengatasi kendala ini, Harita Nickel menggunakan kompos dengan dosis tinggi, sekitar 20 ton per hektar, untuk memperbaiki kualitas tanah sekaligus menunjang pertumbuhan tanaman revegetasi.

Optimalisasi Revegetasi dengan Kompos dan FABA
Meski hasil reklamasi sudah baik, ada rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas revegetasi di masa mendatang, yakni dengan mengombinasikan kompos dan FABA (Fly Ash and Bottom Ash), limbah sisa pembakaran batu bara. Perbandingan ideal adalah 75:25 (Kompos:FABA).

FABA membantu mempercepat ketersediaan unsur hara karena kandungan nutrisi larutnya. Dengan kombinasi ini, defisiensi kalsium bisa dikurangi, sementara kapasitas tukar kation (KTK) tanah dapat ditingkatkan. Kombinasi ini dapat digunakan di lokasi seperti Agropark Salam Kawasi, tempat tanaman pangan seperti jagung, tomat, terong, dan cabai dapat tumbuh dengan baik dan aman dikonsumsi setelah melalui uji laboratorium.

Fasilitas dan Komitmen Lingkungan Harita Nickel
Komitmen Harita Nickel terhadap lingkungan juga terlihat dari penyediaan bibit tanaman yang melampaui kebutuhan reklamasi setiap tahunnya. Bibit tersebut diproduksi di nursery modern yang dikelola dengan baik. Upaya lain seperti pembangunan settling ponds TG1 dan TG2 juga berperan menjaga kualitas air laut di sekitar tambang agar tetap jernih.

Untuk menjaga kualitas udara, Harita Nickel membangun coal domes besar yang efektif mengontrol pencemaran debu batu bara. Hal ini memastikan udara di sekitar lokasi tambang tetap bersih dan sehat.

Pemberdayaan Masyarakat Sekitar
Selain reklamasi, Harita Nickel menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat lokal dengan membangun permukiman Kawasi Baru untuk warga Desa Kawasi. Program pemberdayaan pun dilaksanakan, termasuk pendampingan bagi petani padi, nelayan, pekebun, dan pengusaha lokal yang memproduksi tahu, tempe, keripik pisang, serta produk olahan pala.

Kunjungan ini membuka wawasan tentang pengelolaan tambang yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Kami mengapresiasi upaya Harita Nickel dalam merehabilitasi lahan tambang serta memberdayakan masyarakat. Pengalaman ini akan menjadi inspirasi berharga bagi mahasiswa di kampus IPB untuk berkontribusi pada pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan—dari Pulau Obi, untuk Indonesia, dan dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *